Goodbye Black Memories

Langit dimalam ini terlihat hitam, hitam pekat. Tak lama, rintikkan air jatuh di telapak tanganku. Air yang bening tapi terlihat hitam bagiku. Ya, Hujan turun.. turun mengguyur tubuhku..

Aku benar benar bodoh. Bodoh sebodoh-bodohnya orang bodoh. Aku memang tak berguna. Aku hanya membuat mereka semua susah. Mengapa dulu aku diciptakan? Tak seharusnya kau menciptakanku, tuhan..

Lihat sekarang.. aku diabaikan dan diacuhkan. mereka membenciku. Mereka semua membenciku.

“..dasar bodoh!..”

“..yeoja idiot!..”

“..jangan anggap aku sahabat mu lagi!..”

“..kau bahkan tak pantas disebut manusia..”

“..hahaha dasar iblis! Tapi, hey… iblis tak sebodoh dirimu!..”

“..jangan anggap kami orangtuamu!..”

“..sangat menjijikan..”

Semua kalimat itu terputar bagai film di kepalaku. Kalimat brengsek itu.. aku benar benar tak bisa menghilangkan kalimat itu dari kepalaku. Mereka benar..

Aku sangat menjijikan, aku bodoh, aku idiot.. aku..

Cukup sudah! Aku letih..

Letih sekali.. kenapa selalu aku yang mereka salahkan? Kenapa bukan mereka? Atau orang lain? Apa kalian berpikir aku egois, karena tak mau disalahkan?

Tapi.. Aku hanya ingin mereka mengerti tentangku, mengerti perasaanku, mengerti bahwa aku juga tertindas, dan mengerti bahwa aku.. aku.. kesepian.

Mereka..

Appa, eomma, sahabat.. dan.. orang yang ku cintai..

Mereka sama sekali tak mengerti perasaanku.

Hatiku sakit, sakit karena semua kata yang terucap dari mulutku mereka acuhkan. Sakit.. karena setiap aku berkata benar, mereka tak mempercayaiku.

Seburuk itukah aku?

Lalu, kenapa mereka dulu mendekatiku? Kenapa dulu mereka baik terhadapku? Jika aku tahu akan terjadi hal ini, lebih baik aku pergi dari dulu..

Tahu kah kau bagaimana rasanya? Rasanya sakit.. sangat sakit..

Seperti kau diangkat dengan balon udara ke atas langit, lalu dijatuhkan begitu saja..

Aku benar benar tak kuat.. perlahan, suatu cairan bening menetes turun ke pipiku. Ini bukan berasal dari hujan, tapi dari mataku.

Aku mencoba bangkit dari tempatku, mencoba menopang tubuhku dengan lututku.

namun lututku terasa lemas, dia seakan berbicara bahwa aku harus diam ditempat. Namun dengan tenaga yang masih tersisa, aku mencoba menggerakan kakiku menjauhi tempat ini.. menjauhi mereka.. mereka semua yang membenciku.

Aku berjalan dengan langkah gontai. Aku juga tak tahu kemana arah tujuanku sebenarnya. Aku hanya ingin pergi, pergi dari sini.. pergi meninggalkan semua kenangan buruk itu..

Entah setan apa yang mengangguku saat ini. lututku serasa lemas, tak lagi kuat menopang tubuhku. Aku tetap menyeret paksa kaki ku untuk berjalan, tapi tidak bisa.

Tiba tiba sebuah cahaya silau muncul didepanku.. mataku sakit, namun cahaya ini membuatku semakin mematung. Terdengar juga suara seperti klakson..

“MINGGIR..”

Brukk..

Aku terpental jauh dari tempatku, tubuhku terbanting keras saat sampai di jalan aspal yang gelap ini. Sakit.. rasanya sama dengan semua perlakuan mereka terhadapku. Perlahan pandanganku menjadi gelap, lebih gelap dari warna langit malam ini. aku tersenyum..

“goodbye black memories”